Rabu, Juni 25, 2025
spot_imgspot_img

Top 5 MINGGU INI

Berita terkait

Pahlawan Bulutangkis Tan Joe Hok Meninggal Dunia

TAN JOE HOK, Pahlawan Bangsa.
(Oleh : Azhar Nasution)

Menuju lapangan terbang Kemayoran dengan menggunakan becak, anak bangsa ini bertekad kuat membawa bangsanya untuk menjuarai pertandingan Thomas Cup tahun 1958 di Singapura.

Indonesia pada masa yang lalu bukan dan belumlah negara yang diperhitungkan di cabang olahraga bulutangkis, berkat perjuangan Tan Joe Hok dkk, Indonesia berhasil menerobos dominasi negara2 terkuat dunia saat itu. Bayangkan hebatnya, kita berhasil dengan bermodalkan tekad dan semangat kebangsaan yang kuat, agar Indonesia mampu sejajar bersanding dengan bangsa2 lain.

Bahkan, menurut penuturan langsung Tan Joe Hok, yang berkesempatan kunjung ke Museum Pustaka Peranakan Tionghoa (bersama satu legenda bulutangkis bangsa lainnya, Haryanto Arbi), tim Indonesia saat itu cuma mengenakan kaos oblong merk 777 yang disablon burung garuda didepannya. Kekuatan itu bukan pada materi, tapi pada hati dan semangat serta rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

Menghadapi Finn Kobbero, satu pemain terbaik dunia dari tim Denmark, Joe Hok kalah 1 – 15 pada set pertama, dan sempat tertinggal angka 2 – 9 pada set ke-2, Joe Hok berhasil membalikkan keadaan, dia memenangkan set ke 2 dengan angka 15 – 12 dan menghabisi lawannya pada set ke 3 dengan angka 15 – 10. Kemenangan anak kampung yang tak diperhitungkan ini membuat dirinya dijuluki “Pembunuh Raksasa”.

Tan Joe Hok yang juga bermain di ganda, berperan besar bersama 6 pemain lainnya untuk mengantarkan Indonesia meraih kemenangan Thomas Cup pertama kalinya di Singapura. Di final Indonesia mengalahkan juara bertaham Malaya (kini Malaysia) dengan skor 6 – 3.

Tan Joe Hok adalah pahlawan bangsa, (saat kematian tutup usia berusia 81 tahun), beliau adalah bagian penting dari jejak perjalanan bangsa Indonesia. Tan jugalah yang berhasil menjuarai All England pertamakalinya pada tahun 1959. Tan JUGALAH sebagai pelatih Tim Thomas Cup 1984 yang berhasil mengantarkan Indonesia merebut kembali piala kebanggaan tersebut.

Sudah langka, saat ini menemukan seorang pemuda yang berani dan mau mengembalikan bantuan beasiswa bulanan sebesar 1000 dolar (saat itu menurut Tan, setara dengan setengah harga dari mobil mewah Impala). Tan hanya berpikir dirinya sudah cukup, ada orang lain dari bangsanya, yang lebih membutuhkan.

Padahal, dirinya tak berkelebihan tapi dia hanya merasa cukup. Itulah kisahnya ketika menerima kiriman uang dari pemerintah Indonesia, yang dikirimkan tunai ke tempat kostnya di Amerika Serikat ketika menuntut ilmu pada awal tahun 1960an. Kalau dibayangkan menolak beasiswa perbulan 1000 dollar, rasanya Tan memang manusia langka.

Tan Joe Hok pada masa tuanya sekarang, hanya menginginkan bangsa Indonesia memiliki gelora kebangsaan yang kuat seperti pada masa mudanya, jangan terkotak2 seperti saat ini. Keinginan sederhana dari seorang pahlawan, dan rasanya kita akan sangat berdosa, jika tak mampu mewujudkannya. Bukankah demikian?

Sumber:

  1. Majalah Olahraga Aneka, 20 April 1959.
  2. Kompas 28 Maret 1982.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terpopuler